ADANYA
12.45 Posted In puisi Edit This 0 Comments »
Adamu, adalah gemerisik sunyi. Berbisik
hembus katakata pada jiwa yang tak lagi
tinggal diam mencatat jejak bayang nyata
pada samsara fana
Adaku, catatan hening yang selalu
menahun kerinduan di sepertiga malam.
Setia menunggui ingatan seumur jantung
yang berdetak
Perjumpaan, mungkin hanyalah sebuah
titik takdir. Menyapa ruang semu, paras
maya, dalam melodia katakata yang
terkadang tak sampai makna tak sampai
nalar - bias
Sekat senyap, kemas setatap nanar mata
antara keinginan dan kejujuran. Pun tetap
akan berujung muara harap atau juga
hasrat. Kau, aku, kita atau? meski ku tahu
ringkih batin tersesat kusut adanya
belantara nyata – tiada kupungkiri
Jika, percaya kau sebut arti di kening yang
kau kecup asa, maka dalam ruang rindu
biarkan kutampung sealiran kasih yang
kusebut sayang. Rasa yang abstrak, tapi
itulah kurasa keping realitas yang ingin
kubagi – untukmu, penanda jejak bahwa
ini, tak pernah maya adanya
: untuk semoga…
hembus katakata pada jiwa yang tak lagi
tinggal diam mencatat jejak bayang nyata
pada samsara fana
Adaku, catatan hening yang selalu
menahun kerinduan di sepertiga malam.
Setia menunggui ingatan seumur jantung
yang berdetak
Perjumpaan, mungkin hanyalah sebuah
titik takdir. Menyapa ruang semu, paras
maya, dalam melodia katakata yang
terkadang tak sampai makna tak sampai
nalar - bias
Sekat senyap, kemas setatap nanar mata
antara keinginan dan kejujuran. Pun tetap
akan berujung muara harap atau juga
hasrat. Kau, aku, kita atau? meski ku tahu
ringkih batin tersesat kusut adanya
belantara nyata – tiada kupungkiri
Jika, percaya kau sebut arti di kening yang
kau kecup asa, maka dalam ruang rindu
biarkan kutampung sealiran kasih yang
kusebut sayang. Rasa yang abstrak, tapi
itulah kurasa keping realitas yang ingin
kubagi – untukmu, penanda jejak bahwa
ini, tak pernah maya adanya
: untuk semoga…
0 comments:
Posting Komentar